Saya teringat dengan salah seorang teman kuliah.
Seorang pemuda yang idealis, cerdas, percaya diri, dan berbakat di bidang
fotografi. Dia pandai memanfaatkan celah, dapat melihat peluang menjadi
keuntungan. Itulah kelebihannya, kreatifitas dan ketajaman melihat peluang tak
dapat diragukan. Tapi sayang, kita tak pernah bertemu di podium wisuda.
Yang menarik adalah, ketika ia yakin dengan ide
gagasannya dan berhasil mencetaknya menjadi sebuah kesuksesan yang mungkin tak akan
ia dapat selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Ia berhasil membuktikan
bahwa kesuksesan tak serta merta ia dapat dari pendidikan formalnya. Ketika itu,
ia berhasil meyakinkan saya bahwa kesuksesan tak dijamin setinggi apa
pendidikanmu.
Geliat terhadap idealisnya membuat saya yakin bahwa
dunia pendidikan tak menjamin kesuksesan di masa depan. Sudah banyak bukti
memang orang orang sukses yang tidak menyelesaikan pendidikan di bangku kuliah.
Sebut saja Mark Zuckerberg, Bill Gates, Bob Sadino yang mogok kuliah di tengah
masa pendidikannya.
Jangankan mengenyam bangku kuliah, bahkan orang yang
tidak lulus SD pun bisa sukses. Banyak orang disekitar kita tanpa pendidikan
formal yang memadai tetap dapat berkembang mencapai kesuksesan. Tetangga saya,
kabur dari sekolah ketika kelas 3 SD. Tak mau lagi duduk manis belajar di
kelas. Hanya faham tulis latin dan beberapa rumus bangun datar. Tetapi sekarang,
ladang tebunya berhektar-hektar. Nominal rekeningnya pun tak main main.
Lain cerita, ibu saya lulusan kelas 2 SD. Tulisannya
sudah mirip bu dokter, lebih parah mungkin. Bapak lumayan, beliau tahan sekolah
sampai kelas 6. Begitu mau masuk SMP, beliau kabur ke kota mencari pekerjaan.
Tapi hasilnya, mereka bisa menghidupi dan mendidik saya hingga tidak salah
jalan. Bonusnya, bisa menyekolahkan saya 3 tingkat lebih tinggi dari mereka.
Sampai sini dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
tidak ada korelasinya dengan tingkat kesuksesan. Berpendidikan atau tidak,
setiap orang punya kesempatan untuk sukses. Setiap orang akan mencapai
kesuksesan di bidangnya masing masing karena pada dasarnya setiap orang layak
untuk sukses. Lantas, mengapa hingga detik ini pendidikan masih layak untuk
direngkuh?
Satu hal yang perlu di pahami, pendidikan tidak
pernah menjanjikan kesuksesan secara absolut. Kesuksesan ditentukan dari
seberapa tahan kita terhadap kegagalan. Seberapa ulet kita mengerjakan bidang
keahlian kita. Pendidikan menjanjikan perkembangan pola pikir. Secara kasar
dapat kita pahami orang yang lulusan SD tidak pernah mempunyai pola pikir orang
yang lulus SMP. Seorang yang lulus SMA tidak pernah mempunyai pola pikir orang
yang lulus kuliah. Sesederhana itu kah? Tentu tidak. Mari kita coba ber analogi.
Ada 3 anak masing-masing di tingkat SD, SMP, SMA.
Masing-masing dari mereka diberi tongkat kayu. Apa yang akan dilakukan si anak
SD dengan tongkat kayunya? Mungkin tongkat itu akan dipergunakan untuk main
pedang-pedangan. Sekarang anak SMP, kira kira apa yang akan mereka lakukan
dengan tongkat kayu tersebut? Mungkin akan digunakan untuk berebut layangan,
atau mungkin akan digunakan untuk latihan pramuka. Sekarang di anak SMA, apa
yang terjadi jika tongkat kayu tersebut berada di tangan anak SMA? Di buat main
pedang kah? Berebut layangan kah? Latihan pramuka kah?
Tentu tidak! Si anak SMA pasti akan berfikir bahwa
itu permainan anak-anak. Kemungkinan yang paling mungkin tongkat kayu tersebut
digunakan untuk tawuran.
Setiap jenjang pendidikan mewariskan pola pikirnya
masing masing. Pola pikir tersebut yang nantinya didapat ketika seseorang
mencapai suatu jenjang pendidikan tertentu. Pola pikir yang didapat dari suatu
jenjang pendidikan merupakan penyempurna dari pola pikir di jenjang pendidikan
sebelumnya. Semakin tinggi jenjang pendidikan kita, semakin luas pula pola
pikir kita. Jadi, mulai sekarang stop berfikir bahwa pendidikan akan membawa
kita ke pekerjaan yang mapan ataupun kesuksesan.